expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 24 Desember 2015

Reason ( Kemacetan)

Selalu ada alasan dari setiap masalah dan selalu ada alasan kenapa jalanan macet. Begitu juga aku, selalu ada alasan kenapa aku meninggalkanmu. Padahal kau selalu memberiku perhatian, cinta, kasih dan segalanya. Tapi tetap saja ada suatu alasan kenapa aku meninggalkanmu. Bukan banyak alasan tapi memang benar adanya hanya beberapa alasan.


Semua berawal dari kemacetan pagi itu. Jalanan ramai penuh sesak dengan kendaraan. Keegoisan orang – orang yang ingin segera keluar dari kemacetan, agar bisa cepat sampai kantor, sekolah, kampus, pasar atau tempat lain yang ingin mereka tuju. Kejadian hari ini mungkin tidak akan terjadi kalau bukan karena tingkah konyolmu saat macet itu. Saat itu aku berada disamping motormu dengan menggunakan motor bebek warna pinkku. Dan kau dengan motor gede warna hitam yang gagah. Waktu itu kau sedang mendengarkan musik, terlihat dari kabel putih yang ada dibalik Helm hitammu kebawah menuju tas yang ada dipundakmu. Mungkin waktu itu kau begitu menikmati alunan lagu itu, hingga tanpa sadar kau bernyanyi keras seolah saat itu kau sedang ada dikamarmu sendirian. Semua orang yang ada disekitarmu menatapmu dengan tatapan aneh, salah satunya mungkin mereka pikir kau orang gila yang mengendarai motor bagus dan mahal. Sampai – sampai seorang supir angkutan umum berteriak padamu untuk berhenti, tapi sayangnya kau begitu terbawa oleh alunan musik hingga tak mendengar suara supir angkutan umum itu. Tapi berbeda denganku, aku yang ada disebelahmu tak melihatmu sebagai orang gila, aku justru menikmati suaramu. Dan juga tertawa geli melihat tingkahmu yang menggerakkan kepala dan kadang kala menghentakkan kaki. Sampai – sampai aku penasaran lagu apa yang kau dengar saat itu. Aku terus menatapmu dengan terus tekikik geli melihat tingkahmu. Kemacetan mulai terurai, sedikit demi sedikit aku menjalankan motor bebekku. Namun, sepertinya aku terlalu terpesona padamu hingga tak menyadari kalau kau tengah berhenti. Aku yang terkejut tak sempat menarik remku dan akhirnya terjadilah tabrakan kecil. Aku terus mengucapkan “Maaf”, tapi sepertinya kau tidak mau hanya ucapan “Maaf”. Kau memberikan kode padaku untuk menepi, aku pun menurut karena memang aku mau bertanggung jawab atas kesalahanku. Aku mengikuti isyaratmu untuk menepi dan berhenti tepat dibelakangmu. Kau melihat – lihat motormu, yang ternyata ada kerusakan disana. Sepakbor bagian belakangmu pecah, dan kau memintaku untuk menggantinya. Sialnya, hari itu aku sedang tak ada uang karena memang aku belum mendapatkan uang. Aku memberimu kartu namaku untuk nomor telepon agar kamu dapat memberikan rincian tagihan kerusakan ke Nomerku. Tapi nyatanya kau kurang puas dengan hal itu. Kau justru meminta dompetku lalu mengembalikan SIM dan juga surat kendaraan motor. Lalu kau memberikan 2 lembar uang 5000 Rupiah padaku. Dan kau mengatakan “ Ini untuk beli bensin”. Saat itu ingin rasanya aku mengomel dan meminta kembali dompetku, tapi apa daya ini semua karena kesalahanku dan aku pun menurut. Setidaknya saat itu kau masih memiliki hati dengan memberiku uang bensin, karena memang hari ini bensinku sedang habis.


Beberapa hari setelah kejadian itu kau menelponku. Awalnya aku tidak tahu nomermu karena memang waktu itu aku lupa untuk meminta nomer teleponmu dan aku juga tak menggubris Telepon darimu. Hingga kau mengirimi aku sebuah sms yang berisikan tagihan kerusakan motor, aku pun segera menelponmu. Meminta nomer rekeningmu, tapi kau justru meminta kita untuk bertemu. Dan aku pun menurut karena aku tidak mau dituntut dengan tuduhan tidak bertanggung jawab atas akibat dari kerusakan yang aku buat. Tapi ada satu hal lagi alasan lain dari hanya sekedar bertanggung jawab, yaitu aku ingin bertemu denganmu. Entah kenapa sejak kejadian pagi itu aku terus saja memikirkanmu, memikirkan tingkah konyolmu, memikirkan suara dan bahkan memikirkan gelengan kepala dan juga hentakkan kakimu. Hari untuk bertemu denganmu pun tiba, kita berjanji untuk bertemu di sebuah cafe yang dekat dengan alun – alun kota. Aku datang lebih awal dari jam janjian kita, dan kau datang terlambat 15 menit dari jam janjian kita. Sore itu kau menggunakan pakain casual, jaket warna biru, kaos berwana hitam, celana jin panjang dan juga sepatu sneakers putih ada sedikit corak hitam disana. Entah kenapa aku bisa menghapal setiap inci dari dirimu sore itu, padahal aku sendiri tidak ingat apa yang aku gunakan sore itu. Apa karena kau begitu tampan hingga aku mampu menghapalnya ? entahlah tapi menurutku kau selalu tampan sejak aku melihatmu diantara kemacetan itu. Kau duduk dikursi depanku, dan kau tersenyum padaku. Senyum yang terlihat begitu tulus dan manis. Kau mengulurkan tanganmu dan mengucapkan namamu

“ Sunny putra haikal”

Itulah, namamu. Nama yang mencerminkan dirimu sekali, Sunny atau dalam bahasa indonesia artinya cerah. Ya, kau begitu bercahaya dan cerah, matamu, bibirmu semuanya begitu cerah, dan juga hangat. Setiap detik dari hari itu tak pernah kulupakan, semua selalu kuingat hingga saat ini. Setelah hari itu, pertemuan kita tak berhenti, kita masih sering bertemu sekalipun masalah soal Sepakbor  itu sudah selesai. Pertemuan itu berlanjut terus menerus, hingga suatu hari kau mengucapkan kata – kata yang selalu aku tunggu – tunggu. Kau mengucapkan “ I Love You” saat matahari sedang cerah, indah, dan hangat. Hari itu terasa semakin hangat karena kau mengucapkan kalimat itu. Tak perlu waktu lama untukku memikirkannya, aku langsung menjawab dengan anggukan kepala. Bunga – bunga yang ada disekitar kita seolah ikut bahagia, entah kenapa hari itu bunga – bunga itu terlihat begitu indah.


Tahun pertama hubungan kita berjalan baik – baik saja. Tahun kedua mulai ada sedikit konflik. Seperti siang yang terik saat itu, kita yang sedang terjebak macet dijalan dengan udara yang begitu panas membuat emosiku mudah meledak. Saat itu aku ingin pergi ketoko buku,dan kau juga sedang ingin ke cafe untuk makan. Tapi cafe yang kau maksudkan jalan menuju kesana sedang macet parah. awalnya kau bilang iya saat aku mengatakan lebih baik kita pergi ketoko buku dulu, tapi diperjalanan tiba – tiba saja kau berbelok kearah jalan menuju cafe itu. Kau memang minta maaf saat itu dan aku juga memaafkanmu, tapi tetap saja ini bukanlah hal yang benar. Hari demi hari berlalu dan berganti menjadi minggu lalu berganti menjadi bulan. Keegoisanmu itu semakin terlihat saja, aku yang juga ingin keinginanku terkabulkan pun seringkali menunjukkan keegoisanku. Tak ada dari kita yang ingin mengalah, tiap kita bertemu kita selalu bertengkar. Kita seperti berada dalam kemacetan saat kita bertemu dulu. Orang – orang saling berteriak, membunyikan klakson mereka, tak ada satu dari mereka yang ingin mengalah, sama dengan kita saat ini.



Dan hari ini, aku Rainy Setya Andini menyerah. Aku menyerah untuk selalu berada disamping Sunny Putra Haikal, aku menyerah untuk menuruti keinginannya, aku menyerah atas segalanya yang berhubungan dengan Sunny, AKU MENYERAH. Aku tidak mau kita terus terjebak dalam kemacetan. Mungkin menyerahnya aku ini adalah jalan agar kemcetan ini tidak terus berlanjut. Terimaksih untuk segalanya, semoga kita akan tetap menjadi teman sekalipun kita berpisah. Selamat tinggal Sunny Putra Haikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Christmas Pikachu