expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 24 Desember 2015

Reason ( Kemacetan)

Selalu ada alasan dari setiap masalah dan selalu ada alasan kenapa jalanan macet. Begitu juga aku, selalu ada alasan kenapa aku meninggalkanmu. Padahal kau selalu memberiku perhatian, cinta, kasih dan segalanya. Tapi tetap saja ada suatu alasan kenapa aku meninggalkanmu. Bukan banyak alasan tapi memang benar adanya hanya beberapa alasan.


Semua berawal dari kemacetan pagi itu. Jalanan ramai penuh sesak dengan kendaraan. Keegoisan orang – orang yang ingin segera keluar dari kemacetan, agar bisa cepat sampai kantor, sekolah, kampus, pasar atau tempat lain yang ingin mereka tuju. Kejadian hari ini mungkin tidak akan terjadi kalau bukan karena tingkah konyolmu saat macet itu. Saat itu aku berada disamping motormu dengan menggunakan motor bebek warna pinkku. Dan kau dengan motor gede warna hitam yang gagah. Waktu itu kau sedang mendengarkan musik, terlihat dari kabel putih yang ada dibalik Helm hitammu kebawah menuju tas yang ada dipundakmu. Mungkin waktu itu kau begitu menikmati alunan lagu itu, hingga tanpa sadar kau bernyanyi keras seolah saat itu kau sedang ada dikamarmu sendirian. Semua orang yang ada disekitarmu menatapmu dengan tatapan aneh, salah satunya mungkin mereka pikir kau orang gila yang mengendarai motor bagus dan mahal. Sampai – sampai seorang supir angkutan umum berteriak padamu untuk berhenti, tapi sayangnya kau begitu terbawa oleh alunan musik hingga tak mendengar suara supir angkutan umum itu. Tapi berbeda denganku, aku yang ada disebelahmu tak melihatmu sebagai orang gila, aku justru menikmati suaramu. Dan juga tertawa geli melihat tingkahmu yang menggerakkan kepala dan kadang kala menghentakkan kaki. Sampai – sampai aku penasaran lagu apa yang kau dengar saat itu. Aku terus menatapmu dengan terus tekikik geli melihat tingkahmu. Kemacetan mulai terurai, sedikit demi sedikit aku menjalankan motor bebekku. Namun, sepertinya aku terlalu terpesona padamu hingga tak menyadari kalau kau tengah berhenti. Aku yang terkejut tak sempat menarik remku dan akhirnya terjadilah tabrakan kecil. Aku terus mengucapkan “Maaf”, tapi sepertinya kau tidak mau hanya ucapan “Maaf”. Kau memberikan kode padaku untuk menepi, aku pun menurut karena memang aku mau bertanggung jawab atas kesalahanku. Aku mengikuti isyaratmu untuk menepi dan berhenti tepat dibelakangmu. Kau melihat – lihat motormu, yang ternyata ada kerusakan disana. Sepakbor bagian belakangmu pecah, dan kau memintaku untuk menggantinya. Sialnya, hari itu aku sedang tak ada uang karena memang aku belum mendapatkan uang. Aku memberimu kartu namaku untuk nomor telepon agar kamu dapat memberikan rincian tagihan kerusakan ke Nomerku. Tapi nyatanya kau kurang puas dengan hal itu. Kau justru meminta dompetku lalu mengembalikan SIM dan juga surat kendaraan motor. Lalu kau memberikan 2 lembar uang 5000 Rupiah padaku. Dan kau mengatakan “ Ini untuk beli bensin”. Saat itu ingin rasanya aku mengomel dan meminta kembali dompetku, tapi apa daya ini semua karena kesalahanku dan aku pun menurut. Setidaknya saat itu kau masih memiliki hati dengan memberiku uang bensin, karena memang hari ini bensinku sedang habis.


Beberapa hari setelah kejadian itu kau menelponku. Awalnya aku tidak tahu nomermu karena memang waktu itu aku lupa untuk meminta nomer teleponmu dan aku juga tak menggubris Telepon darimu. Hingga kau mengirimi aku sebuah sms yang berisikan tagihan kerusakan motor, aku pun segera menelponmu. Meminta nomer rekeningmu, tapi kau justru meminta kita untuk bertemu. Dan aku pun menurut karena aku tidak mau dituntut dengan tuduhan tidak bertanggung jawab atas akibat dari kerusakan yang aku buat. Tapi ada satu hal lagi alasan lain dari hanya sekedar bertanggung jawab, yaitu aku ingin bertemu denganmu. Entah kenapa sejak kejadian pagi itu aku terus saja memikirkanmu, memikirkan tingkah konyolmu, memikirkan suara dan bahkan memikirkan gelengan kepala dan juga hentakkan kakimu. Hari untuk bertemu denganmu pun tiba, kita berjanji untuk bertemu di sebuah cafe yang dekat dengan alun – alun kota. Aku datang lebih awal dari jam janjian kita, dan kau datang terlambat 15 menit dari jam janjian kita. Sore itu kau menggunakan pakain casual, jaket warna biru, kaos berwana hitam, celana jin panjang dan juga sepatu sneakers putih ada sedikit corak hitam disana. Entah kenapa aku bisa menghapal setiap inci dari dirimu sore itu, padahal aku sendiri tidak ingat apa yang aku gunakan sore itu. Apa karena kau begitu tampan hingga aku mampu menghapalnya ? entahlah tapi menurutku kau selalu tampan sejak aku melihatmu diantara kemacetan itu. Kau duduk dikursi depanku, dan kau tersenyum padaku. Senyum yang terlihat begitu tulus dan manis. Kau mengulurkan tanganmu dan mengucapkan namamu

“ Sunny putra haikal”

Itulah, namamu. Nama yang mencerminkan dirimu sekali, Sunny atau dalam bahasa indonesia artinya cerah. Ya, kau begitu bercahaya dan cerah, matamu, bibirmu semuanya begitu cerah, dan juga hangat. Setiap detik dari hari itu tak pernah kulupakan, semua selalu kuingat hingga saat ini. Setelah hari itu, pertemuan kita tak berhenti, kita masih sering bertemu sekalipun masalah soal Sepakbor  itu sudah selesai. Pertemuan itu berlanjut terus menerus, hingga suatu hari kau mengucapkan kata – kata yang selalu aku tunggu – tunggu. Kau mengucapkan “ I Love You” saat matahari sedang cerah, indah, dan hangat. Hari itu terasa semakin hangat karena kau mengucapkan kalimat itu. Tak perlu waktu lama untukku memikirkannya, aku langsung menjawab dengan anggukan kepala. Bunga – bunga yang ada disekitar kita seolah ikut bahagia, entah kenapa hari itu bunga – bunga itu terlihat begitu indah.


Tahun pertama hubungan kita berjalan baik – baik saja. Tahun kedua mulai ada sedikit konflik. Seperti siang yang terik saat itu, kita yang sedang terjebak macet dijalan dengan udara yang begitu panas membuat emosiku mudah meledak. Saat itu aku ingin pergi ketoko buku,dan kau juga sedang ingin ke cafe untuk makan. Tapi cafe yang kau maksudkan jalan menuju kesana sedang macet parah. awalnya kau bilang iya saat aku mengatakan lebih baik kita pergi ketoko buku dulu, tapi diperjalanan tiba – tiba saja kau berbelok kearah jalan menuju cafe itu. Kau memang minta maaf saat itu dan aku juga memaafkanmu, tapi tetap saja ini bukanlah hal yang benar. Hari demi hari berlalu dan berganti menjadi minggu lalu berganti menjadi bulan. Keegoisanmu itu semakin terlihat saja, aku yang juga ingin keinginanku terkabulkan pun seringkali menunjukkan keegoisanku. Tak ada dari kita yang ingin mengalah, tiap kita bertemu kita selalu bertengkar. Kita seperti berada dalam kemacetan saat kita bertemu dulu. Orang – orang saling berteriak, membunyikan klakson mereka, tak ada satu dari mereka yang ingin mengalah, sama dengan kita saat ini.



Dan hari ini, aku Rainy Setya Andini menyerah. Aku menyerah untuk selalu berada disamping Sunny Putra Haikal, aku menyerah untuk menuruti keinginannya, aku menyerah atas segalanya yang berhubungan dengan Sunny, AKU MENYERAH. Aku tidak mau kita terus terjebak dalam kemacetan. Mungkin menyerahnya aku ini adalah jalan agar kemcetan ini tidak terus berlanjut. Terimaksih untuk segalanya, semoga kita akan tetap menjadi teman sekalipun kita berpisah. Selamat tinggal Sunny Putra Haikal.

Kamis, 17 Desember 2015

Awan Putih


Awan putih terus saja bergerak, mengikuti angin kemanapun dia pergi. Seperti aku yang selalu mengikuti setiap langkahmu kemanapun kamu akan melangkah. Aku tak pernah barang sedetikpun berjalan tak sesuai langkah kakimu. Aku selalu berjalan dibelakangmu, mengikuti langkah kakimu, mengikuti langkah demi langkah tanpa terlewatkan barang satu langkah sekalipun. Bahkan saat kau makan aku selalu saja duduk didepanmu dan melihatmu memakan satu demi satu makananmu. Karena itu aku selalu hafal setiap gerak gerikmu dan kemana kau akan pergi aku hafal. Tapi, aku selalu berhenti dan berbalik saat kau sudah memasuki ruangan yang bertuliskan “Toilet”. Saat kau memasuki ruangan itu, aku hanya bisa menunggumu kapan kau akan keluar dan kita kembali berjalan bersama. Anehnya, aku tak pernah bosan melakukan hal ini setiap harinya. Bahkan saat kau tertidur aku selalu menunggu matahari terbit dan penasaran apa yang akan terjadi setelah kau membuka matamu. Apa kau akan terjatuh seperti biasanya ? apa kau akan bangun kesiangan lalu tidak mandi saat berangkat ? atau apa ada hal baru yang akan terjadi nanti saat matahari terbit ? entahlah. Tapi, saat kau mulai menangis memanggil nama itu, ingin sekali aku memelukmu tapi apa daya aku hanya bisa melihatmu dan menatap nanar kearahmu. Setiap kali aku berada didekatmu, mengikuti setiap langkahmu, kau tak pernah marah atau berteriak padaku dan memintaku untuk berhenti. Kau malah diam dan membiarkanku melakukannya. Entah karena kau senang aku melakukan itu atau bagaimana aku tak tahu. Tapi yang pasti aku sangat senang melakukan hal seperti ini setiap harinya.

Pagi ini kau terbangun dari tidurmu yang lelap dengan tenang. Tanpa terjatuh dari kasur, tidak kesiangan dan berjalan santai ke kampus tidak berlari mengejar Bus. Tapi tunggu ! bukankah hari ini hari libur ? seharusnya kau masih terlelap dalam tidurmu dan bermalas – malasan dirumah. Namun, pagi ini kau tak seperti Sina yang biasanya. Yang selalu bermalas – malasan dan tak peduli dengan Fashion. Tapi pagi ini kau tampak cantik dengan Dress hitam selutut, rambut kuncir kuda, lipbalm warna pink  dan juga sedikit polesan pemerah pipi. Kau mau kemana aku tak tahu, yang pasti kau sangat cantik dan aku akan selalu mengikuti kemanapun kau pergi. Hari ini juga kau tak menggunakan Bus tapi menggunakan mobil pribadi. Sepertinya hari ini begitu spesial untukmu, hingga kamu berdandan secantik ini dan menggunakan pakaian yang cantik pula. Kau duduk dibalik kemudi dan aku duduk disampingmu. Lagi – lagi kau hanya diam tak melarangku untuk ikut. Aku diam menatap lurus kearah jalan melihat sekeliling dan ternyata ini bukanlah jalan menuju Kampus atau Kafe yang biasa kamu kunjungi. Ini jalan baru, jalan yang tak pernah aku lalui selama aku mengikutimu 3 tahun belakangan ini. Tapi, aku hanya diam tak mampu untuk bertanya atau mengatakan satu katapun padamu. Aku diam dengan terus mengikuti kemana kau akan membawa mobil, dirimu dan aku ini pergi. Hingga akhirnya kau berhenti dilapangan parkir sebuah Taman Pemakaman. Lagi – lagi aku tak mampu bertanya, aku hanya diam dan mengikutimu dari belakang. Suara hak sepatu hitammu memecah keheningan taman pemakaman ini. Kau terus berjalan lurus lalu berbelok kekanan dan berhenti di sebuah makam yang bertuliskan “ Sana Ari Permata”. Saat kau melihat tulisan itu, kau mulai menangis tersedu dan terus mengucapkan maaf.

“ Maaf, maafkan aku Sana, yang tak bisa menjagamu dan kau harus kehilangan masa mudamu karena aku, maafkan aku. Maaf, seharusnya aku yang pergi bukan kau. Seandainya, saja aku mendengarkan ucapanmu dan menurunkan kecepatan mobilku saat itu mungkin kau tidak berbaring disini Sana. Maaf, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu. Aku memang kakak yang tak pantas menjadi kakak, maafkan aku karena meninggalkanmu terbaring sendiri didalam sana. Maafkan aku yang tak bisa menemanimu, Maaf.”

Kau terus saja mengucapkan “ Maaf” dan lagi – lagi aku hanya bisa melihat tanpa bisa memeluk dan menenangkanmu. Tapi, entah kenapa saat kau mengucapkan “Maaf”seolah ada yang aneh dalam hatiku. Ada sesuatu yang tak pernah kurasakan selama 3 tahun ini. Aku menatap lurus kearahmu yang masih saja menangis. Beberapa menit kemudian setelah kau sudah tenang kau berdiri dan berbalik. Entah sejak kapan atau mengapa, kau tiba – tiba saja bisa melihatku. Melihat wajahku dan tubuhku yang sejak 3 tahun ini selalu ada disampingmu. Kau terperangah, begitupun juga aku yang tak percaya kalau hal seperti ini bisa terjadi.

“ Sana ? Sana Ari Permata ?” kau mengucapkan nama itu. Tapi entah kenapa kali ini aku merespon, aku menganggukan kepalaku dan tersenyum padamu. Semua memory yang hilang selama 3 Tahun ini, hari ini semuanya kembali tanpa terkecuali. Alasan kenapa aku selalu mengikutimu, alasan mengapa kamu disini, hari ini terjawab sudah. Sedikit demi sedikit sebagian tubuhku menghilang, Kamu hendak menangkapku tapi terlambat, tubuhku sudah bercampur degan angin lalu menjadi awan putih yang mengikuti kemana arah angin akan pergi.


Sina Pov

Hari ini adalah hari kematian Sana dan juga hari ulangtahun kami. Jika saja  3 tahun yang lalu saat usia kami baru menginjak 18 Tahun aku tidak nekat mengendarai mobil ayahku mungkin sekarang Sana masih ada disampingku. Aku dan Sana adalah saudara yang hanya berbeda 3 menit. Selama 18 Tahun ini aku selalu hidup dengan dia. Aku tak pernah hidup tanpa dia, dia bilang dia khawatir kalau – kalau aku tak bisa menjaga diriku dengan baik. Dia selalu mengkhawatirkan diriku hingga lupa dengan dirinya sendiri. Dia selalu menjadi pahlawanku, temanku, sahabatku, ibuku dan juga terkadang musuhku. Tapi setiap kali aku memarahi Sana, dia hanya terdiam tak menjawab dan setelah aku selesai bicara barulah dia berucap yaitu “Maaf” kata – kata yang selalu aku benci dari dia. Padahal dia tak bersalah tapi dia selalu mengucapkan Maaf. Hingga 18 tahun itu dialah orang yang selalu menjagaku dan tak membiarkanku terluka sedikitpun. Bahkan, saat detik – detik terakhirnya pun dia lebih memikirkanku dari pada dirinya. Jika saja bukan karena Sana mungkin hari ini aku tak bisa melihat Bumi yang indah ini dan awan putih yang bergerak indah diatas kepalaku. Ya, saat Sana akan meninggal dia mendonorkan matanya untukku, karena mataku yang rusak terkena pecahan kaca saat kecelakaan. Hingga detik – detik terakhirnya pun dia masih memikirkanku. Bodohnya aku yang tak sempat mengucapkan kata Terimakasih padanya. Hingga hari ini saat aku diberi kesempatan terakhirpun aku belum mengucapkan Terimaksih padanya. Mungkin nanti jika kalian bertemu dengan Sana ditempat yang indah lebih dari Bumi ini tolong katakan padanya kalau “aku Sina sangat – sangat berterimakasih padanya dan aku sangat – sangat sayang padanya.” Terimakasih.

-----------  END –----------

“ Sayangilah orang terdekatmu, ucapkanlah Terimakasih saat mereka sudah melakukan sesuatu untukmu, minta maaflah jika memang kau melakukan kesalahan dan ucapkanlah kalian sayang mereka sebelum semuanya terlambat pada akhirnya kalian akan menyesal.” - Sina




Jumat, 04 Desember 2015

Larangan yang Dilanggar

Mentari telah menampakkan dirinya dan siap untuk menerangi hari ini. Dan hari ini adalah hari yang sangat aku tunggu selama hidupku, karena di hari ini aku berulang tahun yang ke- 19 tahun, dan aku akan melapas masa lajangku. Ya hari ini adalah hari pernikahanku dengan orang pilihanku sendiri. Memang usiaku masih muda untuk  menikah karena baru saja aku lulus Sekolah Menengah Atas, tapi aku sudah memutuskan untuk menikah. Aku menikah bukan karna MBA (Married By Accident) tapi karena pilihanku sendiri aku memang ingin menikah untuk melihat ibuku. Karena sejak dulu aku ingin melihat ibuku, ibuku meninggal saat melahirkanku. Sejak saat itu lah aku tidak pernah melihatnya. Itulah kenapa aku ingin menikah cepat  karena dulu saat aku ingin melihat ibuku, nenekku selalu berkata “saat ini kau memang tidak bisa melihat ibumu, tapi suatu saat nanti kau akan melihat ibumu jelas datang diacara pernikahanmu nanti” dan kata-kata itu selalu ku ingat sampai aku dewasa. Dan hari itu telah datang, aku akan segera melihat ibuku.


            Benar saja ibuku datang dengan pakaian yang sangat bersih dan sangat cantik ia berada tepat disamping ayahku. Saat calon suamiku mengucapkan ijab kabul aku melihat ibuku meneteskan air mata aku kira itu hanya bayanganku saja namun itu terlihat sangat jelas sekali dan itu benar- benar terjadi. Aku tidak tahu mengapa ibukku meneteskan air matanya apa karna dia bahagia ? atau karna hal lain aku tidak mengerti karena saat aku lihat kembali ibukku wajahnya terlihat muram. Aku benar- benar tidak mengerti karena seharusnya ibukku datang dengan wajah yang sumringah dan bahagia karena anak kesayangannya ini telah menikah bukan malah sebaliknya seperti ini. Hingga acara selesaipun aku masih saja memikirkan ibukku dan aku masih terbayang wajah ibukku, itu benar- benar membuatku bingung. Kini aku bukan lagi seorang  remaja yang mempunyai kehidupan bebas, tapi aku sudah menjadi seorang istri yang harus bertnggung jawab kepada suaminya. Setelah pernikahanku aku selalu mendatangi makam ibuku untuk mendoakannya dan untuk membersihkan makamnya. Tapi aku juga tidak lupa dengan kewajibanku sebagai istri. Setelah 40hari pernikahanku ayah kesayanganku meninggalkanku untuk selama lamanya aku sangat sedih sekali karena saat itu, aku ingin mengatakan kepadanya bahwa ia akan segera mendapatkan cucu, tapi ”Tuhan berkata lain ia sayang kepada ibuku karena ibukku kesepian disana sehingga ia mengambil ayahku untuk menemani ibukku”. “Tapi seketika itu aku mengingat wajah ibukku yang datang dipernikahanku. Lalu aku berpikir apa kedatangan ibukku di pernikahanku dengan wajah seperti itu adalah pertanda ?” entahlah. Pertanyaan dalam hatiku kini bertambah, perasaanku kini semakin bingung dan pertanyaan itu melayang- melayang di dalam pikiranku.


Waktu terus berjalan tidak terasa waktu telah berlalu begitu cepat sudah 4 bulan aku kehilangan ayahku. Dan aku menjalani hariku seperti biasa aku pergi ke pasar dan tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang bapak- bapak

“ Kau sudah memilih jalan hidupmu sendiri, kau sudah memiliki yang kau inginkan, tapi sekarang kau harus menerima resikonya.” Ucap bapak misterius itu

“ Tunggu apa maksud....” Belum selesai aku melanjutkan perkataanku tetapi bapak itu sudah menghilang saja. Dan perkataan itu semakin membuat pertanyaan dalam hatiku semakin banyak. Sampai pulang pun aku masih memikirkan perkataan bapak itu hingga tanpa sadar masakan yang ku masak hangus.

“  Hei, sayang kau ini kenapa lihat masakanmu jadi hitam seperti itu.”

“  Ooh, ya maaf sayang.”

“ Kau ini kenapa sebenarnya ? apa yang sedang kau baik- baik saja, apa kau ada masalah ? .”

“  Tidak, tidak apa – apa, aku baik- baik saja.”

“  Sungguh ? kau seperti banyak pikiran begitu.”

“  Sungguh, aku tidak apa – apa. kau tidak bekerja ? ini sudah siang apa kau tidak mandi ? nanti kau terlambat.”

“ Oh ya sayang aku sampai lupa.” Dan dia pun pergi meninggalkanku dan tidak lupa mencium keningku.


            Kata- kata bapak itu masih saja melayang- layang di otakku. Aku masih saja memikirkannya hingga tanpa sadar aku pun tertidur di sofa. Dan dalam tidur itu aku bermimpi. Aku bermimpi bertemu dengan ibuku, ibuku datang dan menghampiriku, ia berkata padaku

“ Sudah ada larangan masih saja kau lewati dan terimalah resikonya sekarang.” Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku. Aku sungguh tidak mengerti apa maksud mimpi dan perkataan bapak itu. Tanpa sadar sudah memasuki adzan maghrib, akupun mengambil air wudlu untuk menjalankan ibadah sholat maghrib. Setelah sholat seperti ada orang yang menghampiriku dan berkata sama seperti apa yang diucapkan oleh ibuku.

“ Ini benar- benar aneh, apa yang sebenarnya aku langgar ? aku sungguh tidak mengerti.” Ucapku dalam hati. Aku termenung dalam lamunku hingga aku tidak sadar bahwa suamiku telah datang.

“ Assalamualaikkum.”

“.........”

“ Assalamualaikkum. Kenapa tidak ada jawaban apa tidak ada orang dirumah ? kemana lista ? . sayang apa kau tidak ada dirumah ?”

“  Wa’alaikumsalam, maaf sayang aku baru saja selesai sholat.”

“  O aku kira kau sedang pergi.”

“ Eem, sayang bolehkah aku bertanya kepadamu ? .”

”  Tentu saja boleh, apa yang ingin kau tanyakan sayang ? apa kau ingin tanya soal mantan pacarku atau masa laluku ? hahahaha.”

“  Ah, kau ini, tidak!”

“  Lalu apa yang ingin kau tanyakan ?. ”

“ Eem, sayang apakah kita pernah melanggar larangan ? .”

“Aku rasa tidak, memangnya kenapa ? .”

“Tidak ? yasudah kalau begitu, apa kau mau makan sayang ? aku sudah memasakkan masakan kesukaanmu sayang.”

“ Sungguh ? kalau begitu aku mau makan sekarang.”

“ Tunggu! kau harus mandi dulu, baru kau boleh makan.”

“  Oh ya aku lupa, aku pergi mandi dulu ya sayang.”

“  Oke, sayang aku akan menyiapkan makanannya.”

“ Oke.”


Sungguh teka teki ini sangat sulit untuk dipecahkan apa sebenarnya maksud dari semua ini ?.

“ Sudah selama ini aku memikirkan teka teki ini tapi masih saja belum terpecahkan.”

“ Kau telah melupakan sesuatu yang sudah di larang, ingatkah kau akan itu ? .” suara misterius tiba- tiba muncul.

“ O, aku baru ingat ternyata semua ini karena pernikahanku yang dulu dilarang, karena pada waktu pernikahanku dilaksanakan itu adalah bulan dimana ibu meninggal itulah sebabnya kenapa selang 40 hari pernikahanku ayahku meninggal. Dulu sebelum menikah aku sudah dilarang jangan menikah dibulan itu karena dibulan itu adalah bulan dimana meninggalnya ibukku. Karena dulu menurut orang jawa jika kita menikah dibulan atau ditahun dimana salah seorang keluarga meninggal akan terjadi sesuatu di hari pernikahanku atau bisa juga setelahnya. Aku mengerti sekarang kenapa dulu aku dilarang. Maafkan aku, aku dulu tidak mendengarkan kalian maafkan aku kini ayah telah menjadi korban pernikahanku ini, maafkan aku, aku menyesal dulu aku telah mengabaikan peringatan kalian.  Kini aku tahu sekarang kenapa ibuku datang dengan wajah yang sangat murung saat itu, kini semua telah terjawab sudah. Kini aku masih saja bingung apa yang harus kulakukan sekarang ? .”


            Aku sudah bertanya kepada para pengemuka agama aku berkonsultasi kepada mereka apa yang harus aku lakukan. Tapi mereka berkata “ jalani saja semua yang sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Kau tidak mungkin mengubah bubur menjadi nasi kembali, tapi kau hanya bisa membuat bubur itu menjadi enak dan diberi bumbu- bumbu sebagai penyedap”. Dan akhirnya akupun menjalani hidupku seperti biasa dan bulan ini memasuki hari kelahiran anakku. Aku dan suamiku sangat menunggu hari ini, dan kini hari itu sudah datang. Dan aku kini sudah mengerti apa itu arti mitos. Ternyata mitos itu bukan hanya sekedar mitos belaka tapi sesuatu hal yang akan benar- benar terjadi. Ya, memang mitos itu tidak masuk diakal jika dipikir – pikir tapi percaya atau tidak percaya mitos itu benar – benar ada. Apalagi kita  sebagai orang jawa yang sangat kental oleh budaya dan mitos - mitos yang sulit untuk dipercaya. Dan mungkin kalian berfikir mana mungkin diera globalisasi seperti ini masih ada  saja mitos seperti itu, itu sangat tidak masuk akal sekali di jaman modern yang semua serba cepat dan serba ada mana mungkin ada mitos yang seperti itu. Memang mitos adalah sebuah kepercayaan orang jaman dulu yang tidak ada sumber hukum atau sumber lain yang jelas, tapi itu semua memang benar- benar ada. Sulit dipercaya memang, tapi jika dilanggar mitos itu akan menjadi kenyataan. Jadi jangan sekali – sekali kalian melanggar sesuatu yang sudah dilarang. Lebih baik menunda tapi hasil baik daripada tergesa- gesa tapi hasilnya buruk.

“ belajarlah untuk lebih bersabar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik”


Tamat -
Christmas Pikachu